DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Pendidikan Al-qur’an.
Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari
semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan............................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Masalah
Khalifatullah........................................................................... .. 2
B. Metode
Pendidikan............................................................................... .. 2
C. Materi
Pendidikan..........................................................................................6
D. Keseimbangan
Aspek-Aspek Kepribadian.....................................................
9
E. Kebahagiaan
………………………………………………………………….. 10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 12
B. Saran...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan
pedoman dan petunjuk
bagi segenap manusia
dalammengemban misinya sebagai
khalifatullah di bumi.
Di dalamnya termuat
berbagaiaspek yang dibutuhkan
manusia, seperti, aspek
spiritual, sosial, budaya, pendidikan,dan aspek-aspek lainnya.Kedudukan
Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dilihatpada Al-Quran surat
an-Nahl ayat 64 dan surat
Shad ayat 29.
Di sana
terungkapbahwa pada
hakikatnya Al-Quran itu
merupakan khazanah yang
penting untukkehidupan dan
kebudayaan manusia terutama bidang kerohanian. Al-Quranmerupakan pedoman pendidikan
kemasyarakatan, moral dan spiritual (kerohanian).Dalam makalah
ini akan dipaparkan
pandangan Islam tentang
pendidikan, nilai-nilai pendidikan
dan arah tujuan pemanfaatanpendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Masalah Kholifatullah ?
2. Bagaiaman Metode pendidikan ?
3. Bagaiaman materi pendidikan ?
4. Bagaimana keseimbangan Aspek aspek keperibadian?
5.
Bagaiaman kebahagiaan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Masalah
Kholifatullah
2. Untuk Mendeskripsikan Bagaiaman Metode pendidikan
3. Untuk Mendeskripsikan Bagaiaman
materi pendidikan
4. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana keseimbangan Aspek aspek
keperibadian
5.
Untuk Mendeskripsikan Bagaiaman
kebahagiaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masalah
Khalifatullah
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(al-Baqarah : 30-32).
Manusia menurut al-Quran bukan hanya wujud
materi yang terdiri dari unsur-unsur fisika, kimia dan otot-otot mekanis
sebagaimana pandangan filosof-filosof materialistis. Manusia juga bukan roh
yang terlepas dari raga. Manusia menurut al-Quran adalah terdiri dari jiwa dan
raga yang keduanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Manusia bukanlah seekor binatang yang
akan habis riwayatnya dan lenyap setelah ia mati, dan bukanlah seekor binatang
yang wujudnya tidak berbeda dengan bianatang-binatang lain. Manusia dibedakan
dari makhluk Allah yang lain karena ia memiliki karakteristik utama yaitu :
fitrah baik, unifikasi ruh dengan jasad, dan kemampuan untuk berkehendak. (
Abdurrohman Shalih Abdullah, 1991: 107) Manusia, dalam proses pendidikan,
adalah inti utama. Karena pendidikan berkepentingan mengarahkan manusia kepada
tujuan-tujuan tertentu. Seorang pendidik akan terbantu dalam profesinya jika ia
memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang hakikat manusia. Praktek-praktek
pendidikan bakal mengalami kegagagalan, kecuali dibangun atas konsep yang jelas
mengenai manusia.
Manusia adalah makhluk rohaniah, dsiamping ia
juga makhluk jasmaniah, biologis. Tiga apotensi dasar yang dimiliki manusia
sebagai khalifah adalah : fitrah, kemampuan untuk berkehendak (qudrah, free
will). Dalam dunia pendidikan, manusia dibedakan dari makhluk-makhluk lain
semisal jin, malaikat dan binatang karena ketiga potensi dasar tersebut. Karena
ketiga potensi itu pula manusia diberi amanat dan didaulat oleh Allah untuk
menjadi khalifah-Nya di bumi ini. Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi.
Khalifah, baik Adam maupun keturunannya, diberi kepercayaan atau amanat untuk
mengelola bumi demi kesejahteraan dan kemakmuran seluruh umat manusia serta
kemanusiaan. Namun manusia sebagai khalifah Allah tidak mungkin melaksanakan
tugasnya, kecuali dibekali dengan potensipotensi yang memungkinkan dirinya
mengemban tugas dan amanat tersebut. Al-Quran menyatakan, manusia memiliki
karakteristik unik, sejak mula manusia mempunyai fitrah baik. Manusia tidak
mewarisi dosa hanya akibat pengusiran Nabi Adam dari sorga. ( Abdurrohman
Shalih Abdullah, 1991: 70)
Manusia yang dianggap layak sebagai khalifah
tidak akan dapat memegang tanggung jawab sebagai khalifah kecuali ia
diperlengkapi dengan potensi-potensi yang memungkinnya berbuat demikian.
Al-Quran menyatakan bahwa ada beberapa ciri yang dimiliki manusia sehingga
layak menjadi khalifah. Dari segi fitrahnya, manusia sejak lahir adalah baik
dan tidak mewarisi dosa Adam as. Ciri ketiga adalah manusia dikruniai kebebasan
kemauan (iradah). Ciri keempat adalah akal yang memungkinkan manusia melakukan
pilihan antara baik dan buruk.Keempat ciri inilah yang membedakan manusia
sebagai khalifah dari makhluk-makhluk lain, dan tujuan tertinggi dari
pendidikan Islam adalah membina individu-individuyang akan menjadi khalifah.(
Langgulung, Hasan, 1995: 57-58)
B. Metode Pendidikan
Konsep fitrah otomatis mengharuskan pendidikan
Islam memperkuat hubungan manusia dengan Allah. Apa pun yang dipelajari anak
tidak boleh menyalahi prinsip ini. Keyakinan bahwa manusia mengenal Allah
dengan fitrahnya, tidak dapat diterima oleh teori yang menganggap monoteisme
atau tawhidullah sebagai tahap keimanan atau keyakinan keagamaan yang
tertinggi. Tawhidullah merupakan esesni semua agama samawi dan pluralitas tuhan
hanya menjadi dominan jika tawhid dilupakan. Konsep tawhidullah menekankan
kedaulatan Allah dan harus diperhatikan dalam kurikulum pendidikan Islam.( Abdurrahman
Shalih Abdullah, 1991:hal. 85)
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Pilihan
terhadap berbagai metode hasil kreasi para ahli didik Barat dan Muslim ternyata
tidak bisa terepas dari kekurangan dan kelemahan. Metode pendidikan yang
dikehendaki Islam adalah metode yang lahir dari pendekatan Allah dalam proses
penciptaan, pemeliharaan dan pembinaan fitrah manusia. Allah dan juga
Rasulullah selalu saja mengutamakan keteladanan dan kebijaksanaan. Allah dan
Rasulullah selalu mengedepankan kasih sayang (rahmah) dan keadilan (‘adalah),
serta cara-cara menghargai usaha (syukr) semua ciptaanNya.
Metode
pendidikan Islam yang mewakili nama, sifat dan pekerjaan Allah Yang Maha Baik
dan Maha Sempurna niscaya akan dapat dirasakan manfaat dan hasilnya bagi sebuah
proses pendidikan Islam yang komprehensif. Metode pendidikan Islam, dengan
demikian, adalah metode kasih sayang, keadilan dan rasa syukur dalam wujud
keteladanan nilai-nilai dan kepribadian Rasulullah SAW secara alamiah, tanpa
rekayasa “kepentingan”.
Fakta nyata bahwa manusia memiliki kebebebasan
atau untuk memilih dan menentukan perbuatan dan juga masa depannya sendiri.
Manusia memiliki kesadaran untuk menerima atau menolak untuk beriman kepada Allah.
Dia mempunyai kehendak bebas. Kehendak inilah yang membuatnya mampu melakukan
pilihan-pilihan terhadap bagian-bagian yang bakal berinteraksi dengan fitrahnya
dalam proses pendidikan.
Pendidikan
hendaknya dapat mengembangkan potensi rohaniah manusia berupa kebebasan. Sebab,
tanpa kebebasan setiap peserta dididk tidak mungkin dapat mengembangkan segala
potensi dan kemampuannya. Kebebasanlah yang dapat membuka segala bentuk
eksperimen. Dalam suasana kebebasan inilah peserta didik bersamasama dengan
pendidik dapat melakukan berbagai seleksi terhadap materi dan metode
pembelajaran yang tepat.
Pemahaman yang
benar tentang fitrah, akan melahirkan pendekatan dan metode yang tidak memaksa
tetapi juga tidak memberikan peluang kebasan tanpa batas. Fitrah harus dilindungi
karena ia merupakan titik tolak pendidikan. Fitrah kaitannya dengan metode
bimbingan dan keteladanan membatasi guru dari sikap otoriter.( Abdurrahman
Shalih Abdullah, 1991:hal 214)
C. Materi
Pendidikan
Kurikulum
memuat setidaknya tiga hal pokok terkait dengan kepribadian manusia yaitu :
ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai. Ketiga unsur utama kepribadian itu
adalah potensi dasar dan kekayaan rohaniah yang mesti diperlihara, dibina,
dikembangkan serta disempurnakan.
Ketika
pendidikan Islam bermaksud diformat menjadi pendidikan yang komprehensif
seyogyanya kruikulum didisain sedemikiran rupa sehingga dapat mendorong
lahirnya peserta didik yang secara individual dan sosial memiliki integritas
moral, mental dan spiritual, sebagai prasyarat melaksanakan amant kekhalifahan
di muka bumi.
Kurikulum
lebih memfokuskan diri kepada persoalan pemenuhan kebutuhan dasariah dan
tuntutan masa depan peserta didik. Orientasinya adalah minat, bakat, dan
kecenderungan personal setiap peserta didik. Kurikulum tidak lagi membelakukan
generalisasi materi pembelajaran atau bahan pengajaran, sehingga terkesan
memaksakan kehendak (doktriner) atas kecenderungan murid yang beragam dan
sangat personal. Bahan atau materi pembelajaran setidaknya dapat
merepresentasikan seperangkat kemampuan dasar manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah.
Dengan
demikian, kurikulum pendidikan Islam lahir dari pemahaman tentang hakikat
manusia, hakikat alam, dan hakikat kehidupan serta lingkungan sosial. Kurikulum
harus menjadi cerminan dari kehendak dan iradah Allah sebagai pemberi mandat
kekhalifahan. Muatan kurikulum pendidikan Islam harus dapat memadukan
sumber-sumber ketuhanan (ayat-ayat quraniyah), kemanusiaan (realitas
kehidupan), dan kealaman (ayat-ayat kawniyah).
Konsep
al-Quran tentang fitrah berbeda dengan konsep-konsep atau teori-teori lain yang
menyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan netral. Rasulullah menegaskan
bahwa sejak lahir manusia telah memiliki fitrah, akan tetapi fitrah itu
kemudian dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian, namun al-Quran tidak menganggapnya
sebagai satu-satunya faktor. .( Abdurrahman
Shalih Abdullah, 1991:hal. 85)
Kurikulum
lebih memfokuskan diri kepada persoalan pemenuhan kebutuhan fitrah dan tuntutan
lingkungan peserta didik. Kurikulum tidak lagi membelakukan praktek pemaksaan
kehendak guru terhadap berbagai kecenderungan murid. Bahan pengajaran haruis
menyajikan seperangkat kemampuan dasar manusia sebagai khalifah Allah.
Namun demikian,
materi pendidikan pada tataran praktis hendaknya mudah dilaksanakan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan. Erat kaitan antara materi pendidikan dengan
tujuan pendidikan.(
Al-Faruqi, Isma’il Raji,
1981: 117) Karena al-Quran merupakan
landasan teori pendidikan, maka prinsipprinsip Quranmi membentuk faktor
integral yang menyatukan materi kurikulum yang berbeda-beda.
D. Keseimbangan
Aspek-Aspek Kepribadian
Manusia, baik
sebagai makhluk jasmaniah ataupun makhluk rohaniah memiliki dimensi hubungan
dengan Allah, hubungan dengan alam dan hubungan dengan sesama manusia.
Pembicaraan tentu akan mengarah kepada apa saja yang menjadi kebutuhan dan
sifat-sifat dasar manusia sebagai makhluk hidup dan hamba Allah yang bertugas
menyembah dan beribadah kepada-Nya. Tidak diragukan lagi, sebagaimana
ditegaskan al-Nahlawi, bahwa segala jenis dan bentuk peribadatan kepada Allah
mensyaratkan kesungguhan dan kekuatan tubuh fisik, jasmani.( Al-Nahlawi, Abdurrahman, 1982: 116)
Tujuan
pendidikan yang dikehendaki al-Quran adalah keharmonisan antara aspekaspek
kepribadian manusia : aspek biologis, intelektual, emosional/psikologis, dan
spiritual. Berkenaan dengan harmonisasi aspek-aspek utama itu, al-Quran
mengajarkan pentingnya memahami dinamika eomisonal manusia baik yang dibawa
semenjak lahir (karakter, bawaan) maupun yang datang kemudian sebagai hasil
dari interakasi secara sosial. Karenanya, al-Quran mengajak manusia memahami
hakikat dirinya sendiri dan mengenali Tuhannya.
Pemahaman
tentang hakikat manusia tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran tentang
aqidah Islamiah. Dengan demikian, pemahaman manusia sebagai khalifah musti
melibatkan teks-teks wahyu yang mensyaratkan kesucian, kelurusan, dan kekuatan
aqidah serta keimanan kepada Allah dan Rasulullah SAW (al-Quran dan al-Sunnah).
Pendidikan
bertugas mencetak pribadi-pribadi yang dapat mengenali Allah (ma’rifatullah).
Karenanya, pendidikan dituntut mampu membina dan mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki setiap peserta didik. Kekayaan-kekayaan rohaniah yang musti
diperhatikan dalam hal ini adalah potensi akal (rasio), hati dan intuisi.
Ketiga potensi itu musti dikembangkan secara wajar dan imbang (harmonis).
Manusia adalah
makhluk ruhani karena ia dikaruniai ruh. Ruh oleh para mufassir kemudian
dipahami sebagai wujud spiritual yang menyatu dengan badan.( Al_Qurthubi, 1995: 124) Al-Quran dengan tegas menyatakan bahwa
kehidupan manusia bergantung kepada eksistensi jiwa atau ruh dalam dirinya.
Keluarnya jiwa atau ruh dari dirinya berarti kematian bagi dirinya. Manusia
tidak sekadar makhluk yang berdaging, bertulang dan memiliki kebutuhan
biologis. Karakteristiknya yang dimiliki oleh binatang telah mengalami
modifikasi dalam diri manusia. Perilakunya yang berkaitan dengan kebutuhan
biologis, juga tidak boleh sama dengan seperti perilaku binatang karena ia
makhluk spiritual.
Unifikasi ruh
dengan badan mengakibatkan perilaku. Perilaku manusia adalah merupakan
perpaduan interaksi ruh dengan badan. Meskipun manusia merupakan perpaduan dua
unsur yang berbeda, tetapi manusia merupoakan pribadi yang integral.
Pemenuhan
kebutuhan jasmani tidak dapat terlaksana tanpa jiwa. Manusia memenuhi dan
memuaskan kebutiuhannya dengan cara-cara yang manusiawi. Pemenuhan dan pemuasan
kebutuhan tersebut bukan dilaksanakan demi pemenuhan dan pemuasaan itu sendiri,
namun untuk tujuan-tujuan yang lebih tinggi.
Pemenuhan
kebutuhan dasar aspek jasmani, bagi Ibrahim ‘Ishmat Muthawi’, didasarkan kepada
pertimbangan mendasar mengenai keterkaitan dan ketrpengaruhan antara berbagai
aspek kepribadian anak. Bahwa pertumbuhan jasmani secara langsung mempengaruhi
perkembangan intelektual, emosional dan aspek psikologis anak. (Ibrahim ‘Ishmat
Muthawi’, 1982:35)
Pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, bagi Madkur, pada dasarnya berkenaan dengan dua
kebutuhan pokok yang saling terkait dan tidak dipisahkan satu dengan lainnya.
Dua kebutuhan dimaksud adalah kebutuhan yang berhubungan secara langsung dengan
potensi fisik jasmaniah anak dan kebutuhan yang berhubungan secara langsung
dengan potensi emosional dan piskologis anak. Kesimbangan pemenuhan kedua
kebutuhan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan terbentuknya anak yang
tumbuh dan berkembang secara harmonis sehingga menjadi pribadi yang utuh dan
integral.( Madkur, 1992: 161) Pemenuhan kebutuhan aspek jasmani anak dengan
demikian merupakan sesuatu yang sangat prinsipil. Tetapi, katanya, pemenuhan
aspek ini semata-mata tidak identik dengan kepuasan.( Madkur, 1992: 1612)
Pendidikan
Islam harus didesain sedemikian rupa sehingga aspek jasmani, ruh, dan akal
mendapat perhatian yang sama. Kegagalan memperlakukan ketiganya secara
seimbang, pada gilirannya mengakibatkan munculnya pribadi yang tidak memiliki
kualifikasi sebagai khalifah. Mengabaikan salah satu dari tiga potensi dasar
itu mengakibatkan rusaknya tatanan ketiga aspek utama manusia tersebut. Dan,
sirnalah harapan akan kebahagiaan yang sesungguhnya bagi peserta didik kita sebagai
calon khalifah Allah.(
Al-Syaibani, 1975:92-93)
Manusia mempunyai
perasaan yang berkembang dan menjelma dalam seni, untuk berkembang lebih lanjut
ke arah tasawuf. Sifat tadi berkembang lebih lanjut dan pada suatu saat sampai
pada batas yang tidak dapat dilampaui lagi. Di seberang batas tadi nur Ilahi
dalam bentuk ilham akan menyinari iman sebagai tuntutan selanjutnya. Manusia
paripurna (khalifah Allah) pada hakekatnya berakal, berperasaan, dan beriman.
Jika
keseimbanganantara ketiga unsur tersebut tidak ada, maka manusia akangoncang,
jiwa akan resah, dan akan terwujud dalam penghamburan daya tanpa guna, bahkan
sampai pada usaha bunuh diri. Keadaan demikian sedang berlangsung karena
manusia dihinggapi kekosongan agama, kehilangan dasar moral, dan rasa tanggung
jawab ukhrawi.
E. Kebahagiaan
Kebahagiaan
manusia adalah terletak pada keberhasilan manusia menjadi hamba dan sekaligus
khalifah Allah. Tugas utama manusia sebagai hamba adalah beribadah dalam arti
luas dan sebenar-benarnya. Ibadah adalah setiap tindakan dan pebuatan yang
didasari oleh niatan untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Bentuk peribadatan
kepada Allah yang sangat urgen adalah peribadatan yang bersifat langsung
berhubungan dengan Allah (ibadah mahdhah) dan lazim dikenal dengan sebutan
ibadah ritual. Ibadah ritual yang sangat utama dan pertama, setelah persaksian
atau syahadat, adalah mendirikan shalat fardhu. Didalam kewajiban shalat inilah
manusia diajarkan untuk mengenali posisi dirinya sebagai al-‘Abid dan
al-Makhluq serta posisi Allah sebagai al-Ma’bud dan alKhaliq. Ibadah shalat
juga dapat dijadikan media pembelajaran penyadaran tentang kehadiran Allah Yang
Maha Berkuasa dan Berkehendak atas kuasa-Nya. Shalat adalah ibadah pertama dan
utama yang dapat dijadikan media pembinaan tentang makna rasa ikhlash, khusyu’,
dan hudhur yang kemudian menghidarkan seseorang dari perbuatan-perbuatan yang
meugikan berbagai fihak. Ikhlash, khusyu’ dan hudhur inilah kelak menjadi
faktor pendorong bagi timbulnya sikap kebersamaan dan kepedulian diantara
sesama manusia. Sedangkan sebagai wakil Allah di bumi ini tugas utama manusia
adalah melakukan amal saleh dengan upaya-upaya konkit menciptakan kemakmuran
dan kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh semua makhluk Allah. Tugas
kekhalifahan sebenarnya merupakan pelengkap bagi tugas kehambaan manusia. Tugas
kekhalifahan ini tidak akan muncul bila tidak didahului oleh kemampuan dan
keberhasilan manusia sebagai hamba Allah.
BAB III
PENUTUB
A. Kesimpulan
Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(al-Baqarah : 30-32).
Manusia menurut
al-Quran bukan hanya wujud materi yang terdiri dari unsur-unsur fisika, kimia
dan otot-otot mekanis sebagaimana pandangan filosof-filosof materialistis.
Manusia juga bukan roh yang terlepas dari raga. Manusia menurut al-Quran adalah
terdiri dari jiwa dan raga yang keduanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
B. Saran
Kami segenap pemakalah membuka pintu lebar lebar
untuk memberi saran dan keritiak kepada makalah kami, agar bisa di perbaiki
lahi karna kami banyak kesalahan baik dalam penulisannya maupun isinnya yang
kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut
Al-Quran serta Implementasinya, Terj., Bandung, Diponegoro, 1991.
Muslim,
Imam, Shahih Muslim, Juz IV, Beirut, Dar al-Fikr.
Madkur,
Ali Amad, Manhaj al- Tarbiyah fi al-
Tatowwur al-Islamiyah, Beirut, Dar alNahdhah al-’ Arabiyah.
al-Mushtofa,
Muhammad Ali Muhammad, al- Tarbiyah
al-Islamiyah wa Asyhur alMurobbin al-Muslimin.
Muthowi’,
Ibrahim’Ishmat, Ushul al- Tarbiyah,
Beirut, Dar al-Syuruq. al-Nahlawi, Abdurraman, Ushul al- Tarbiyah ‘wa Asalibuh,
Damaskus, Dar al-Fikr.
al-Nawawiy,
Murah Labid, Juz I, Bandung, al-Ma’arif, t.th. __________, Murah Labid, Juz II,
Bandung,
al-Ma’arif, t.th. Saiyidain, K.G., Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan,
terj., Bandung, Diponegeoro, 1981.
al-Sayuthiy,
Jalal al-Din, al-Jam’ al-Shaghir fi
Ahadits al-Basyir al-Nadzir, Beirut, Dar alKatib al-‘Arabiy, 1976.
Slamet
Imam Santoso, Tantangan Ganda dalam
Pendidikan Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1985.
al-Syaibani,
Mohammad al-Toumi, Falsafah Pendidikan
Islam, terj., Jakarta, Bulan Bintang, 1975.
0 komentar:
Posting Komentar