Featured Posts

Jumat, 02 April 2021

MAKALAH KONSEP PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Pendidikan Al-qur’an.
            Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
   
            Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
   
            Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

                                                                                            Penyusun

 

                                                                                            

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................    i

DAFTAR ISI....................................................................................................    ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................    1

B. Rumusan Masalah..................................................................................    1

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...............................................................    1

 

BAB II : PEMBAHASAN

A. Masalah Khalifatullah........................................................................... ..   2

B. Metode Pendidikan............................................................................... ..   2

C. Materi Pendidikan..........................................................................................6

D. Keseimbangan Aspek-Aspek Kepribadian..................................................... 9

E. Kebahagiaan ………………………………………………………………….. 10

BAB III : PENUTUP                         

A. Kesimpulan............................................................................................    12

B. Saran......................................................................................................    12

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

        Al-Quran   merupakan   pedoman   dan   petunjuk   bagi   segenap   manusia   dalammengemban  misinya  sebagai  khalifatullah  di  bumi.  Di  dalamnya  termuat  berbagaiaspek  yang  dibutuhkan  manusia,  seperti,  aspek  spiritual,  sosial, budaya,  pendidikan,dan aspek-aspek lainnya.Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dilihatpada Al-Quran  surat  an-Nahl  ayat  64  dan  surat  Shad  ayat  29. 

Di  sana  terungkapbahwa pada  hakikatnya  Al-Quran  itu  merupakan  khazanah  yang  penting  untukkehidupan dan kebudayaan manusia terutama bidang kerohanian. Al-Quranmerupakan pedoman pendidikan kemasyarakatan, moral dan spiritual (kerohanian).Dalam  makalah  ini  akan  dipaparkan  pandangan  Islam  tentang  pendidikan,  nilai-nilai pendidikan dan arah tujuan pemanfaatanpendidikan.

B. Rumusan Masalah

 

1. Bagaimana Masalah Kholifatullah ?
2. Bagaiaman Metode pendidikan ?
3. Bagaiaman  materi pendidikan ?
4. Bagaimana keseimbangan Aspek aspek keperibadian?

5. Bagaiaman kebahagiaan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

 1. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Masalah Kholifatullah
2. Untuk Mendeskripsikan Bagaiaman Metode pendidikan
3. Untuk Mendeskripsikan Bagaiaman  materi pendidikan
4. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana keseimbangan Aspek aspek

     keperibadian

5. Untuk Mendeskripsikan  Bagaiaman kebahagiaan

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Masalah Khalifatullah

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ   zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (al-Baqarah : 30-32).

Manusia menurut al-Quran bukan hanya wujud materi yang terdiri dari unsur-unsur fisika, kimia dan otot-otot mekanis sebagaimana pandangan filosof-filosof materialistis. Manusia juga bukan roh yang terlepas dari raga. Manusia menurut al-Quran adalah terdiri dari jiwa dan raga yang keduanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Manusia bukanlah seekor binatang yang akan habis riwayatnya dan lenyap setelah ia mati, dan bukanlah seekor binatang yang wujudnya tidak berbeda dengan bianatang-binatang lain. Manusia dibedakan dari makhluk Allah yang lain karena ia memiliki karakteristik utama yaitu : fitrah baik, unifikasi ruh dengan jasad, dan kemampuan untuk berkehendak. ( Abdurrohman Shalih Abdullah, 1991: 107) Manusia, dalam proses pendidikan, adalah inti utama. Karena pendidikan berkepentingan mengarahkan manusia kepada tujuan-tujuan tertentu. Seorang pendidik akan terbantu dalam profesinya jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang hakikat manusia. Praktek-praktek pendidikan bakal mengalami kegagagalan, kecuali dibangun atas konsep yang jelas mengenai manusia.

 Manusia adalah makhluk rohaniah, dsiamping ia juga makhluk jasmaniah, biologis. Tiga apotensi dasar yang dimiliki manusia sebagai khalifah adalah : fitrah, kemampuan untuk berkehendak (qudrah, free will). Dalam dunia pendidikan, manusia dibedakan dari makhluk-makhluk lain semisal jin, malaikat dan binatang karena ketiga potensi dasar tersebut. Karena ketiga potensi itu pula manusia diberi amanat dan didaulat oleh Allah untuk menjadi khalifah-Nya di bumi ini. Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Khalifah, baik Adam maupun keturunannya, diberi kepercayaan atau amanat untuk mengelola bumi demi kesejahteraan dan kemakmuran seluruh umat manusia serta kemanusiaan. Namun manusia sebagai khalifah Allah tidak mungkin melaksanakan tugasnya, kecuali dibekali dengan potensipotensi yang memungkinkan dirinya mengemban tugas dan amanat tersebut. Al-Quran menyatakan, manusia memiliki karakteristik unik, sejak mula manusia mempunyai fitrah baik. Manusia tidak mewarisi dosa hanya akibat pengusiran Nabi Adam dari sorga. ( Abdurrohman Shalih Abdullah, 1991: 70)

 Manusia yang dianggap layak sebagai khalifah tidak akan dapat memegang tanggung jawab sebagai khalifah kecuali ia diperlengkapi dengan potensi-potensi yang memungkinnya berbuat demikian. Al-Quran menyatakan bahwa ada beberapa ciri yang dimiliki manusia sehingga layak menjadi khalifah. Dari segi fitrahnya, manusia sejak lahir adalah baik dan tidak mewarisi dosa Adam as. Ciri ketiga adalah manusia dikruniai kebebasan kemauan (iradah). Ciri keempat adalah akal yang memungkinkan manusia melakukan pilihan antara baik dan buruk.Keempat ciri inilah yang membedakan manusia sebagai khalifah dari makhluk-makhluk lain, dan tujuan tertinggi dari pendidikan Islam adalah membina individu-individuyang akan menjadi khalifah.( Langgulung, Hasan, 1995: 57-58)

B.     Metode Pendidikan

 Konsep fitrah otomatis mengharuskan pendidikan Islam memperkuat hubungan manusia dengan Allah. Apa pun yang dipelajari anak tidak boleh menyalahi prinsip ini. Keyakinan bahwa manusia mengenal Allah dengan fitrahnya, tidak dapat diterima oleh teori yang menganggap monoteisme atau tawhidullah sebagai tahap keimanan atau keyakinan keagamaan yang tertinggi. Tawhidullah merupakan esesni semua agama samawi dan pluralitas tuhan hanya menjadi dominan jika tawhid dilupakan. Konsep tawhidullah menekankan kedaulatan Allah dan harus diperhatikan dalam kurikulum pendidikan Islam.( Abdurrahman Shalih Abdullah, 1991:hal. 85)

óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ  

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Pilihan terhadap berbagai metode hasil kreasi para ahli didik Barat dan Muslim ternyata tidak bisa terepas dari kekurangan dan kelemahan. Metode pendidikan yang dikehendaki Islam adalah metode yang lahir dari pendekatan Allah dalam proses penciptaan, pemeliharaan dan pembinaan fitrah manusia. Allah dan juga Rasulullah selalu saja mengutamakan keteladanan dan kebijaksanaan. Allah dan Rasulullah selalu mengedepankan kasih sayang (rahmah) dan keadilan (‘adalah), serta cara-cara menghargai usaha (syukr) semua ciptaanNya.

Metode pendidikan Islam yang mewakili nama, sifat dan pekerjaan Allah Yang Maha Baik dan Maha Sempurna niscaya akan dapat dirasakan manfaat dan hasilnya bagi sebuah proses pendidikan Islam yang komprehensif. Metode pendidikan Islam, dengan demikian, adalah metode kasih sayang, keadilan dan rasa syukur dalam wujud keteladanan nilai-nilai dan kepribadian Rasulullah SAW secara alamiah, tanpa rekayasa “kepentingan”.

 Fakta nyata bahwa manusia memiliki kebebebasan atau untuk memilih dan menentukan perbuatan dan juga masa depannya sendiri. Manusia memiliki kesadaran untuk menerima atau menolak untuk beriman kepada Allah. Dia mempunyai kehendak bebas. Kehendak inilah yang membuatnya mampu melakukan pilihan-pilihan terhadap bagian-bagian yang bakal berinteraksi dengan fitrahnya dalam proses pendidikan.

Pendidikan hendaknya dapat mengembangkan potensi rohaniah manusia berupa kebebasan. Sebab, tanpa kebebasan setiap peserta dididk tidak mungkin dapat mengembangkan segala potensi dan kemampuannya. Kebebasanlah yang dapat membuka segala bentuk eksperimen. Dalam suasana kebebasan inilah peserta didik bersamasama dengan pendidik dapat melakukan berbagai seleksi terhadap materi dan metode pembelajaran yang tepat.

Pemahaman yang benar tentang fitrah, akan melahirkan pendekatan dan metode yang tidak memaksa tetapi juga tidak memberikan peluang kebasan tanpa batas. Fitrah harus dilindungi karena ia merupakan titik tolak pendidikan. Fitrah kaitannya dengan metode bimbingan dan keteladanan membatasi guru dari sikap otoriter.( Abdurrahman Shalih Abdullah, 1991:hal 214)

C.    Materi Pendidikan

Kurikulum memuat setidaknya tiga hal pokok terkait dengan kepribadian manusia yaitu : ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai. Ketiga unsur utama kepribadian itu adalah potensi dasar dan kekayaan rohaniah yang mesti diperlihara, dibina, dikembangkan serta disempurnakan.

Ketika pendidikan Islam bermaksud diformat menjadi pendidikan yang komprehensif seyogyanya kruikulum didisain sedemikiran rupa sehingga dapat mendorong lahirnya peserta didik yang secara individual dan sosial memiliki integritas moral, mental dan spiritual, sebagai prasyarat melaksanakan amant kekhalifahan di muka bumi.

Kurikulum lebih memfokuskan diri kepada persoalan pemenuhan kebutuhan dasariah dan tuntutan masa depan peserta didik. Orientasinya adalah minat, bakat, dan kecenderungan personal setiap peserta didik. Kurikulum tidak lagi membelakukan generalisasi materi pembelajaran atau bahan pengajaran, sehingga terkesan memaksakan kehendak (doktriner) atas kecenderungan murid yang beragam dan sangat personal. Bahan atau materi pembelajaran setidaknya dapat merepresentasikan seperangkat kemampuan dasar manusia sebagai hamba dan khalifah Allah.

Dengan demikian, kurikulum pendidikan Islam lahir dari pemahaman tentang hakikat manusia, hakikat alam, dan hakikat kehidupan serta lingkungan sosial. Kurikulum harus menjadi cerminan dari kehendak dan iradah Allah sebagai pemberi mandat kekhalifahan. Muatan kurikulum pendidikan Islam harus dapat memadukan sumber-sumber ketuhanan (ayat-ayat quraniyah), kemanusiaan (realitas kehidupan), dan kealaman (ayat-ayat kawniyah).

Konsep al-Quran tentang fitrah berbeda dengan konsep-konsep atau teori-teori lain yang menyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan netral. Rasulullah menegaskan bahwa sejak lahir manusia telah memiliki fitrah, akan tetapi fitrah itu kemudian dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian, namun al-Quran tidak menganggapnya sebagai satu-satunya faktor. .( Abdurrahman Shalih Abdullah, 1991:hal. 85)

Kurikulum lebih memfokuskan diri kepada persoalan pemenuhan kebutuhan fitrah dan tuntutan lingkungan peserta didik. Kurikulum tidak lagi membelakukan praktek pemaksaan kehendak guru terhadap berbagai kecenderungan murid. Bahan pengajaran haruis menyajikan seperangkat kemampuan dasar manusia sebagai khalifah Allah.

Namun demikian, materi pendidikan pada tataran praktis hendaknya mudah dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Erat kaitan antara materi pendidikan dengan tujuan pendidikan.( Al-Faruqi, Isma’il Raji, 1981: 117)  Karena al-Quran merupakan landasan teori pendidikan, maka prinsipprinsip Quranmi membentuk faktor integral yang menyatukan materi kurikulum yang berbeda-beda.

D.    Keseimbangan Aspek-Aspek Kepribadian

Manusia, baik sebagai makhluk jasmaniah ataupun makhluk rohaniah memiliki dimensi hubungan dengan Allah, hubungan dengan alam dan hubungan dengan sesama manusia. Pembicaraan tentu akan mengarah kepada apa saja yang menjadi kebutuhan dan sifat-sifat dasar manusia sebagai makhluk hidup dan hamba Allah yang bertugas menyembah dan beribadah kepada-Nya. Tidak diragukan lagi, sebagaimana ditegaskan al-Nahlawi, bahwa segala jenis dan bentuk peribadatan kepada Allah mensyaratkan kesungguhan dan kekuatan tubuh fisik, jasmani.( Al-Nahlawi, Abdurrahman, 1982: 116)

Tujuan pendidikan yang dikehendaki al-Quran adalah keharmonisan antara aspekaspek kepribadian manusia : aspek biologis, intelektual, emosional/psikologis, dan spiritual. Berkenaan dengan harmonisasi aspek-aspek utama itu, al-Quran mengajarkan pentingnya memahami dinamika eomisonal manusia baik yang dibawa semenjak lahir (karakter, bawaan) maupun yang datang kemudian sebagai hasil dari interakasi secara sosial. Karenanya, al-Quran mengajak manusia memahami hakikat dirinya sendiri dan mengenali Tuhannya.

Pemahaman tentang hakikat manusia tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran tentang aqidah Islamiah. Dengan demikian, pemahaman manusia sebagai khalifah musti melibatkan teks-teks wahyu yang mensyaratkan kesucian, kelurusan, dan kekuatan aqidah serta keimanan kepada Allah dan Rasulullah SAW (al-Quran dan al-Sunnah).

Pendidikan bertugas mencetak pribadi-pribadi yang dapat mengenali Allah (ma’rifatullah). Karenanya, pendidikan dituntut mampu membina dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki setiap peserta didik. Kekayaan-kekayaan rohaniah yang musti diperhatikan dalam hal ini adalah potensi akal (rasio), hati dan intuisi. Ketiga potensi itu musti dikembangkan secara wajar dan imbang (harmonis).

Manusia adalah makhluk ruhani karena ia dikaruniai ruh. Ruh oleh para mufassir kemudian dipahami sebagai wujud spiritual yang menyatu dengan badan.( Al_Qurthubi, 1995: 124)  Al-Quran dengan tegas menyatakan bahwa kehidupan manusia bergantung kepada eksistensi jiwa atau ruh dalam dirinya. Keluarnya jiwa atau ruh dari dirinya berarti kematian bagi dirinya. Manusia tidak sekadar makhluk yang berdaging, bertulang dan memiliki kebutuhan biologis. Karakteristiknya yang dimiliki oleh binatang telah mengalami modifikasi dalam diri manusia. Perilakunya yang berkaitan dengan kebutuhan biologis, juga tidak boleh sama dengan seperti perilaku binatang karena ia makhluk spiritual.

Unifikasi ruh dengan badan mengakibatkan perilaku. Perilaku manusia adalah merupakan perpaduan interaksi ruh dengan badan. Meskipun manusia merupakan perpaduan dua unsur yang berbeda, tetapi manusia merupoakan pribadi yang integral.

Pemenuhan kebutuhan jasmani tidak dapat terlaksana tanpa jiwa. Manusia memenuhi dan memuaskan kebutiuhannya dengan cara-cara yang manusiawi. Pemenuhan dan pemuasan kebutuhan tersebut bukan dilaksanakan demi pemenuhan dan pemuasaan itu sendiri, namun untuk tujuan-tujuan yang lebih tinggi.

Pemenuhan kebutuhan dasar aspek jasmani, bagi Ibrahim ‘Ishmat Muthawi’, didasarkan kepada pertimbangan mendasar mengenai keterkaitan dan ketrpengaruhan antara berbagai aspek kepribadian anak. Bahwa pertumbuhan jasmani secara langsung mempengaruhi perkembangan intelektual, emosional dan aspek psikologis anak. (Ibrahim ‘Ishmat Muthawi’, 1982:35)

Pemenuhan kebutuhan dasar manusia, bagi Madkur, pada dasarnya berkenaan dengan dua kebutuhan pokok yang saling terkait dan tidak dipisahkan satu dengan lainnya. Dua kebutuhan dimaksud adalah kebutuhan yang berhubungan secara langsung dengan potensi fisik jasmaniah anak dan kebutuhan yang berhubungan secara langsung dengan potensi emosional dan piskologis anak. Kesimbangan pemenuhan kedua kebutuhan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan terbentuknya anak yang tumbuh dan berkembang secara harmonis sehingga menjadi pribadi yang utuh dan integral.( Madkur, 1992: 161) Pemenuhan kebutuhan aspek jasmani anak dengan demikian merupakan sesuatu yang sangat prinsipil. Tetapi, katanya, pemenuhan aspek ini semata-mata tidak identik dengan kepuasan.( Madkur, 1992: 1612)

Pendidikan Islam harus didesain sedemikian rupa sehingga aspek jasmani, ruh, dan akal mendapat perhatian yang sama. Kegagalan memperlakukan ketiganya secara seimbang, pada gilirannya mengakibatkan munculnya pribadi yang tidak memiliki kualifikasi sebagai khalifah. Mengabaikan salah satu dari tiga potensi dasar itu mengakibatkan rusaknya tatanan ketiga aspek utama manusia tersebut. Dan, sirnalah harapan akan kebahagiaan yang sesungguhnya bagi peserta didik kita sebagai calon khalifah Allah.( Al-Syaibani, 1975:92-93)

Manusia mempunyai perasaan yang berkembang dan menjelma dalam seni, untuk berkembang lebih lanjut ke arah tasawuf. Sifat tadi berkembang lebih lanjut dan pada suatu saat sampai pada batas yang tidak dapat dilampaui lagi. Di seberang batas tadi nur Ilahi dalam bentuk ilham akan menyinari iman sebagai tuntutan selanjutnya. Manusia paripurna (khalifah Allah) pada hakekatnya berakal, berperasaan, dan beriman.

Jika keseimbanganantara ketiga unsur tersebut tidak ada, maka manusia akangoncang, jiwa akan resah, dan akan terwujud dalam penghamburan daya tanpa guna, bahkan sampai pada usaha bunuh diri. Keadaan demikian sedang berlangsung karena manusia dihinggapi kekosongan agama, kehilangan dasar moral, dan rasa tanggung jawab ukhrawi.

E.     Kebahagiaan

Kebahagiaan manusia adalah terletak pada keberhasilan manusia menjadi hamba dan sekaligus khalifah Allah. Tugas utama manusia sebagai hamba adalah beribadah dalam arti luas dan sebenar-benarnya. Ibadah adalah setiap tindakan dan pebuatan yang didasari oleh niatan untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Bentuk peribadatan kepada Allah yang sangat urgen adalah peribadatan yang bersifat langsung berhubungan dengan Allah (ibadah mahdhah) dan lazim dikenal dengan sebutan ibadah ritual. Ibadah ritual yang sangat utama dan pertama, setelah persaksian atau syahadat, adalah mendirikan shalat fardhu. Didalam kewajiban shalat inilah manusia diajarkan untuk mengenali posisi dirinya sebagai al-‘Abid dan al-Makhluq serta posisi Allah sebagai al-Ma’bud dan alKhaliq. Ibadah shalat juga dapat dijadikan media pembelajaran penyadaran tentang kehadiran Allah Yang Maha Berkuasa dan Berkehendak atas kuasa-Nya. Shalat adalah ibadah pertama dan utama yang dapat dijadikan media pembinaan tentang makna rasa ikhlash, khusyu’, dan hudhur yang kemudian menghidarkan seseorang dari perbuatan-perbuatan yang meugikan berbagai fihak. Ikhlash, khusyu’ dan hudhur inilah kelak menjadi faktor pendorong bagi timbulnya sikap kebersamaan dan kepedulian diantara sesama manusia. Sedangkan sebagai wakil Allah di bumi ini tugas utama manusia adalah melakukan amal saleh dengan upaya-upaya konkit menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh semua makhluk Allah. Tugas kekhalifahan sebenarnya merupakan pelengkap bagi tugas kehambaan manusia. Tugas kekhalifahan ini tidak akan muncul bila tidak didahului oleh kemampuan dan keberhasilan manusia sebagai hamba Allah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUB

 

A.    Kesimpulan

  Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (al-Baqarah : 30-32).

Manusia menurut al-Quran bukan hanya wujud materi yang terdiri dari unsur-unsur fisika, kimia dan otot-otot mekanis sebagaimana pandangan filosof-filosof materialistis. Manusia juga bukan roh yang terlepas dari raga. Manusia menurut al-Quran adalah terdiri dari jiwa dan raga yang keduanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

B.     Saran

Kami segenap pemakalah membuka pintu lebar lebar untuk memberi saran dan keritiak kepada makalah kami, agar bisa di perbaiki lahi karna kami banyak kesalahan baik dalam penulisannya maupun isinnya yang kurang baik.

 

 

                               

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Abdurrahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Quran serta Implementasinya, Terj., Bandung, Diponegoro, 1991.

Muslim, Imam, Shahih Muslim, Juz IV, Beirut, Dar al-Fikr.

Madkur, Ali Amad, Manhaj al- Tarbiyah fi al- Tatowwur al-Islamiyah, Beirut, Dar alNahdhah al-’ Arabiyah.

al-Mushtofa, Muhammad Ali Muhammad, al- Tarbiyah al-Islamiyah wa Asyhur alMurobbin al-Muslimin.

Muthowi’, Ibrahim’Ishmat, Ushul al- Tarbiyah, Beirut, Dar al-Syuruq. al-Nahlawi, Abdurraman, Ushul al- Tarbiyah ‘wa Asalibuh, Damaskus, Dar al-Fikr.

al-Nawawiy, Murah Labid, Juz I, Bandung, al-Ma’arif, t.th. __________, Murah Labid, Juz II,

Bandung, al-Ma’arif, t.th. Saiyidain, K.G., Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan, terj., Bandung, Diponegeoro, 1981.

al-Sayuthiy, Jalal al-Din, al-Jam’ al-Shaghir fi Ahadits al-Basyir al-Nadzir, Beirut, Dar alKatib al-‘Arabiy, 1976.

Slamet Imam Santoso, Tantangan Ganda dalam Pendidikan Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1985.

al-Syaibani, Mohammad al-Toumi, Falsafah Pendidikan Islam, terj., Jakarta, Bulan Bintang, 1975.

0 komentar:

Posting Komentar

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com